Sedih, Memper-laku-kan
Pandangku hanya sejarak lampu jalan
Sementara kau bangku kosong yang sedang menanti sesorang
Tunggu telah lama jadi kata kerja tapi jalanan tetap saja lengang
Seringkali kita mengharapkan rasa yang lebih besar dari orang lain dengan mengabaikan orang sekitar
Hingga meski berada di bawah langit yang sama rasa tetap tak seidentik selain kesedihan
Setiap orang butuh kesunyian untuk memperlakukan kesedihan
Mungkin itulah alasan mengapa pagar-pagar kota lebih megah dari dinding rumahku
Tapi di negara ini kesedihan selalu tahu memperlakukan orang-orang sepertiku sedih tak mengenal dinding
Ketika malam menjelma lampu jalan dan siang menjadi lampu lalu lintas
Ketika dewasa kehidupan lebih terjun dari air Ponot
Nasehat tak lagi sakral dihadapan waktu
Tetapi matamu, mantra yang membuatku menanggalkan segala yang tinggal
Namun Kau tetap memilih menjadi bangku kosong
Menanti seseorang yang bukan Aku
Harapan tetap tak beranjak meski menikamku berkali-kali
Beginilah sedih, memper-laku-kan ku
Penulis: Indiyus, mahasiswa Pendidikan Antropologi FIS UNM, anggota UKM MAPHAN UNM dan SERUNI.