Sat, 07 Dec 2024
Puisi / Nyoman Trisna Dewi / Nov 23, 2024

Senyuman Terakhir

Berlalu

 

Waktu akan cepat berlalu

Seperti butiran debu tertiup sang bayu

 

Hari ini aku siap melepas mu dalam kepal

Biarlah harapan kita hanyut dalam bagal

 

Perpisahan karena sebuah ego

Umpama mengubah stereo ke mono

 

Cinta ini hanya sebatas senja

Biarlah rasa ini tenggelam dalam kelamnya mega


*

 

Khayalan

 

Laut serasa mati

Ketika hening tersapu sepi

 

Angin berhembus damai

Ketika ombak bergeser santai

 

Sementara berbagai harapan tertimbun

Pada langit biru yang tertutup awan

 

Mengembara pada angin damai

Tapi tak kunjung tersampai

 

Tuhan pemberi segala

Namun jiwa tak juga merasa bahagia

 

Otak terus saja menginginkan sempurna

Walau itu semua belum tentu menjadi nyata


*

 

Senyuman terakhir

 

Senyum mentari sirna ketika awan hitam tebal menghantam

Hujan deras yang terkutuk terjadi, hingga siang tetap seperti malam

Prolog seharusnya gembira berubah

kelam

Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, seberapa banyak yang terpendam



Sepertinya si dengki telah memasang jaring

Hingga tubuhmu mulai mengering

Ketika tidak kuat menahan gering

Kau pergi untuk berbaring

 

Si manja pergi untuk sementara

Tapi mengapa kau pergi selamanya

Seberapa kuat si manja menerimanya

Orang yang telah mengandung pergi selamanya



Penulis: Nyoman Trisna Dewi, lulusan culinary dan penulis amatir yang berasal dari Buleleng, Bali. Kini berdomisili di Phangnga, Thailand. Ia telah berkontribusi di berbagai media online dan media cetak. Anda bisa mengenal lebih dekat dengannya melalui Instagram @tr.naaa dan @onehope_01.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.