Senyuman Terakhir
Berlalu
Waktu akan cepat berlalu
Seperti butiran debu tertiup sang bayu
Hari ini aku siap melepas mu dalam kepal
Biarlah harapan kita hanyut dalam bagal
Perpisahan karena sebuah ego
Umpama mengubah stereo ke mono
Cinta ini hanya sebatas senja
Biarlah rasa ini tenggelam dalam kelamnya mega
*
Khayalan
Laut serasa mati
Ketika hening tersapu sepi
Angin berhembus damai
Ketika ombak bergeser santai
Sementara berbagai harapan tertimbun
Pada langit biru yang tertutup awan
Mengembara pada angin damai
Tapi tak kunjung tersampai
Tuhan pemberi segala
Namun jiwa tak juga merasa bahagia
Otak terus saja menginginkan sempurna
Walau itu semua belum tentu menjadi nyata
*
Senyuman terakhir
Senyum mentari sirna ketika awan hitam tebal menghantam
Hujan deras yang terkutuk terjadi, hingga siang tetap seperti malam
Prolog seharusnya gembira berubah
kelam
Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, seberapa banyak yang terpendam
Sepertinya si dengki telah memasang jaring
Hingga tubuhmu mulai mengering
Ketika tidak kuat menahan gering
Kau pergi untuk berbaring
Si manja pergi untuk sementara
Tapi mengapa kau pergi selamanya
Seberapa kuat si manja menerimanya
Orang yang telah mengandung pergi selamanya
Penulis: Nyoman Trisna Dewi, lulusan culinary dan penulis amatir yang berasal dari Buleleng, Bali. Kini berdomisili di Phangnga, Thailand. Ia telah berkontribusi di berbagai media online dan media cetak. Anda bisa mengenal lebih dekat dengannya melalui Instagram @tr.naaa dan @onehope_01.