Sesat yang Terusik
SESAT YANG TERUSIK
Apa yang kau cari ?
Gelagak miring berpaling dari kawan karibmu
Persepsi butamu dengan lantang
Membungkam musuh fikirmu
Raut bising hatimu menjadi lilin api sunyimu
Melalap habis perspektif lembut arifmu
Persetan dengan caramu kawan
Aku lebih suka duduk bercengkrama
Dengan para pencari surga di pinggir jalan
Bercerita tentang suka duka , lelah rintih
Dalam lingkup kejenuhan , dengan cita tinggi
Membangun peradaban untuk buah hati mungilnya
Aku lelah dengan segala abjad-abjad pendidikan
Dengan haluan ideologi kikir kepandaian
Dengan segala refrensi judul-judul bacaan
Karibmu pikir kau lebih jauh bijaksana
Bak kereta lintas kota dengan kecepatannya
Karibmu pikir intelektualitasmu menjadi pembeda
Ternyata tak lebih dari anggapan-anggapan
Yang tak terwujudkan
...
Wa, apa yang kau dapat?
Cerita – cerita yang sudah
Kepayahanku memandu menjadi kesepian yang megah
Naluri berkata aku sabdamu
Firmanmu tergusur diatas ribuan kuburan yang dangkal
Aku lebih dulu tau,
Sebelum jelmaku terjamah oleh pejammu
Disitulah kau menemukan senirupaku
Kau seluruh bagian ketakutuhanku
Aku selalu tersesat,
Setelah berlabuh pada tetes baru
Berharap kebinasaan melunasi luka luka
Atau,
Reinkarnasi 99 api egoku
Terbingkai adalah perang gejolak batinku
Syahdan,
Bagaimana aku tanpa agungmu?
*
MALAM DI MATAMU
Membasuhkan diri dan tertidur lelap
Diatus kapuk terlintas benak
Kau sekilas serupa dengan kasur
Tujuan terkahirku kondisi apapun
Kau pun sama begitu
Peluk aku saat meringkuk
Sesenggukan
Temaniku saat kesepian
Saksi doaku kala kebingungan
Penuhi nyawaku
Kau seperti kasur tidur
Pejamkan raga yang hancur
Pagi pagi sulit bangkit
Menghadapi realita begitu pahit
Diatas kapuk, ku ingin terlelap kembali
Dan siapa yang akan lebih dulu mengecup kening mu, aku?
Atau cahaya pagi itu?
KAU, PEMENANG NYA
Malam selalu menghambur di kelopak matamu
Sempurna, bak nyala kejora lintang
Bulan sepotong hanyut akan bertanya gamang
Kala itu,
Sebagaimana merindukan purnama
Dalam rapal puja semoga
Mengharap melunasi luka – luka
Layak kopi yang kau tuang dicangkirku
Menafsir aroma dosa tak terakhir
Mengecap duka bagi lidah penikmatnya
Serupa rasa yang kau jadikan pertanda
Lantas menyimpan sebuah nama
Acapkali terseduh di gelas yang sama
*
HARAPAN BAPAK
Khawatirku di tempurung sendu
Menyisakan sisa rintik kalau kelabu
Purnama langit dimakan hilang
Bak memori yang terkenang
Aku nyala langit dimatamu
Layu,
Akan harap puja-pujamu dulu
Hirup bersama lafadz yang ku dapatkan selalu
Semoga, paksa ku sedemikian rupa
Aaminku yang kupinta dengan penuh iman
Penulis: Nurika Alifah Lathiif berasal dari Cilacap Jawa Tengah, saat ini menjadi mahasiswa semester 2 program studi bahasa dan sastra Arab UIN sayyid ali rahmatullah dan menjadu anggota aktif di LPM AKSARA UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Dapat ditemui melalui instagram @lathifarasyed.