Setelah Hujan Redah
Jelajah Waktu
Malam yang sepi saat isi kepala berisik
Di sekitar sedang terlelap tapi mata enggan istirahat
Kau tahu makna lelah yang berkecamuk
Sekujur tubuh terasa kaku yang saat itu butuh dekapan tapi bukan pelukan
Lalu apa? Pembenaran
Kenapa? Raganya haus untuk di dengarkan
Malam yang sunyi saat isi kepala berbisik
Dari mata yang terpejam samar-samar ada harapan terpendam
Kau harus mengerti atau tidak kau harus diberi paham
Diam tidak selamanya takut melangkah
Di sekitar selalu saja rumit padahal definisinya sederhana
Berbeda tidak perlu terlihat sama
Pagi yang tabah saat matahari menyapa
Seruan waktu berdering keras, menegur lalu berbaur
Terseok-seok langkahnya pendek
Binar tanggung jawab menanti di depan mata
Jangan berlari katanya, berjalanlah pelan
Agar tetap utuh walaupun jarak tempuh semakin jauh
Sore yang tak pernah abadi tapi selalu saja indah
Lalu lalang ramai, siapapun yang menyaksikan pasti sepakat
Hatinya tunai pada semua keluh sepanjang hari
Tiga puluh detik yang hebat
Di penghujung senyuman terpancar janji
Melanjutkan romantika hidup yang terus berulang
*
Untuk Pulang
Air matanya jatuh pada cinta pertama
Seorang anak perempuan
Yang ditinggal pulang
Perpisahan itu tak pernah terucap
Tapi tiba di saat semuanya harus siap
Kuat yang dikuat-kuatkan oleh pundak
Semakin berat tapi harus tetap berjalan
Dua kaki yang selalu bisa diandalkan
Menjelajahi hari bermodal genggaman harap
Seorang anak perempuan
Yang ditinggal pulang
Sungguh, jiwanya terikat rindu yang belum sudah
Selalu khawatir dengan segala rumitnya perjalanan
Menjadi dewasa mengapa penuh kejutan
Bukan perpisahan yang menyebalkan, bukan
Tapi setelahnya
…
*
Setelah Hujan Reda
Pada setiap kemungkinan yang tak pernah terpikirkan
Izinkan merindu satu diantara banyaknya kisah
Ketika langit memberi isyarat, terdiam
Lalu semesta mengirim pesan tersirat, masih saja diam
Betapa lemahnya insan yang dibaluti keterbatasan
Selalu ingin melampaui jauh hingga tak pernah sadar
Yang tersisa hanya keluh kesah
Tangisan sendu itu jatuh
Tepat di bawah mata juga di luar rumah
Yang tak kunjung reda setelahnya
Tirta amarta pun berakhir
Ia kembali, pulang ke pangkuan asal
Menuju nabastala yang tak pernah terjangkau dengan indra
Kini, sambutlah episode baru penuh haru
Dalam kehidupan kisahnya punya tempat teristimewa
Penulis: Minhad Rahmaniyah