Sat, 27 Jul 2024
Puisi / Nov 21, 2022

Sisa Hujan Kemarin

Kisah Niskala

Aku Ingin Menjadi Hujan
Yang Setiap Tetes Menyentuhmu
Melekat Di Setiap Nyanyian
Berdetak Untuk Hembusan Napas Rindu

Bayang Yang Selalu Engkau Lihat Dibalik Derasnya Ribuan Air
Berteduh Enggan Pergi
Kini, Terkenang Namun Sudah Berakhir

Kisah Niskala Yang Merenggut Tawa
Pojok Dinding Saksi Isak Tegar Dirinya
Menebarkan Senyum Sapa
Menjadi Topeng Atas Rapuhnya Jiwa

Mendaki Sendiri Tanpa Kau Peduli
Luka Pulih,
Janji Katanya Namun Memilih Pergi

Riuh Kepala Di Tengah Keramaian
Mencoba Mencari-Cari Ketenangan
Satu Pun Tak Ada Yang Berhak Menyembuhkan
Pemberi Luka Masih Menjadi Penenang, Menyakitkan Bukan?

Menutup Untuk Menata Jalan Agar Pulih
Menunggu Hujan Reda Dan Lampu Jalan Menyala
Menikmati Sunyi Yang Dikelilingi Rindu

Sesekali Ingin Menyapa Tanpa Ragu
Tegas Kukatakan Tidak Pada Diri
Jarak Dekat Tidak Lagi Memiliki Arti
Temukan Saja Aku Pada Orang Baru Jika Engkau Mampu

*

Sisa Hujan Kemarin

Rintihan Hujan Menyisakan Luka
Kabut Hitam Pekat Membekas
Butiran Air Tertahan Akhirnya Jatuh Juga

Harapan Pupus Dengan Kepergian
Bertahan Pun Tidak Memiliki Makna
Sisa Hujan Kemarin
Terkenang Abadi Walau Sudah Mati

Katanya Tidak Ingin Menyakiti
Kau Pikir Dengan Memilih Pergi Itu Bukan Menyakiti?
Ku Tahan Namun Dengan Tegasnya Egomulah Yang Menang

Rasaku Mati Akibat Ulahmu, Habisi Saja Aku
Jangan Beri Harapan Kepadaku Jika Ada Dia Di Sampingmu
Aku Hanya Bersikap Seolah Tidak Tahu
Agar Kata Kita Tidak Menjadi Aku-Kamu

Aku Tidak Menyesal Pernah Merangkulmu
Kini Relakanlah Aku
Bebaskan Aku Dari Belenggumu

*

Hingga Reda

Untuk Tuan Yang Sudah Tidak Aku Genggam
Berlabuhlah Ke Tempat Yang Lebih Indah
Bersandarlah Di Dermaga Tujuan
Tinggallah Tanpa Merasa Bersalah

Larimu Sudah Bebas
Berkelana Dengan Siapa Aku Acuh Tak Acuh
Tuan Yang Mengajarkan Dingin
Ku Laksanakan Dengan Hati-Hati
Tidak Perlu Ada Temu Bahkan Komunikasi

Sebatas Sapaan Yang Berujung Nestapa
Untuk Apa Mengulang Jika Kisahnya Sudah Dimanipulasi
Membatasi Diri Ataupun Menghindar
Sama Saja Kerasnya

Menikmati Senja Kelabu
Di Tengah Rintik Hujan
Sesekali, Dingin Memeluk
Namun Harus Ku Lepas Agar Sakit Mereda

Tidak Perlu Singgah Pada Kisah Selanjutnya
Memilih Pergi Adalah Inginmu
Kini Rumahku Kosong Tidak Bertuan
Terbuka Namun Hampa

Berpenghuni Pun Percuma
Di Dalamnya Masih Porak-Poranda
Butuh Masa Untuk Terbiasa
Biarkan Saja, Akan Aku Tanggung Luka Hingga Reda



Penulis: Widya Suci Wulandari, saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Makassar. Dapat dijumpai di media sosial Instagram widyasuciwulandari_

Tranding

Cerpen / 07 27, 2024
Jarum Dalam Kapas
Cerpen / 07 27, 2024
Dunia Pertama
Puisi / 07 27, 2024
Bocah Pelakon

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.