Mon, 29 Apr 2024
Puisi / Dec 02, 2023

Tuhan Saya Lelah

Tuhan Saya Lelah

 

Tuhan,

Semesta kini telah terlelap

Menidurkan insan-insan yang lelah

Namun tidak denganku 

Mataku masih terjaga

Menatap cahaya yang tersisa

Meratapi sebuah rasa

Rasa yang tak pernah tersentuh akal

Rasa yang membuatku terjungkal

Apakah ini rasa yang wajar?

Tuhan,

Bolehkah aku mengeluh?

Kau ciptakan kami sebagai insan

Dengan penuh keterbatasan

Bagaikan kambing yang tersesat

Tanpa arahan sipenggembala

Bolehkan aku merasa lelah?

Rasa ini sungguh menguras tenaga

Tuhan,

Engkau sang pencipta rasa

Kau berikanku gairah membara

Kau buat rasaku semakin meledak-ledak

Bisakah berhenti sampai disini saja?

Layaknya kau tidurkan insan-insan yang lelah

Bisakah kau tidurkan rasaku padanya?

Tuhan aku malu mengeluh

Tapi kini aku mencapai batasku


*

Teringat

 

Petang yang muram 

Sang cakrawala kehilangan kilaunya

Sayapun terduduk bosan 

Menatap jalanan basah 

Dengan genangan airnya yang tampak penuh

Namun ia masih menampung rintik-rintik tangisan langit

Hawa dingin meningkatkan kesadaran

Membawa saya mengingat masa itu

Dibawah tangisan langit didalam dekapan mesra

Bersama kamu yang hangat

Tiba-tiba saya teringat

Kenangan manis kala itu

Kamu benar-benar hangat


*

 

Mendung 

 

Hari ini nampak mendung

Aku berjalan entah kemana

Membalut luka dengan senyuman

Menyusuri jalan yang tak bertuan

Menjauh dari mereka

Menahan lara yang mendera

Dengan pikiran berkecamuk

Dan langit yang semakin gelap

Masa bodoh!

Biarlah langit semakin gelap

Biarlah sang surya semakin tertelan awan

Namun jangan dengan anganku

Atau aku akan tersesat


*

 

Pilihan

 

Kala itu,

Aku menemui dua pilihan yang menjebak

Tanpa berpikir panjang

Aku memilih terjebak dan bertahan

Aku menuai harapan meski tau salah

Nyatanya memang tak mudah

Nyatanya tak ada yang berubah

Hingga aku menyerah

Hari ini, 

Kucoba pilihan yang lain

Kumulai ulang dari awal

Seperti merestart sistem

Kali ini kupilih dengan benar

Dan memang keluar hasil berbeda

Ternyata, dulu aku terlalu bodoh

Untuk sebuah pilihan

Namun itu tak akan terulang

Untuk sekarang,

Daripada menyerah aku memilih berjuang


*

Tersadar

 

Aku masih menaruh harapku padamu

Aku masih berlari mengejar langkahmu

Namun selalu saja ada jarak terbentang

Selalu saja dalam jangkauan tak wajar

Hingga aku tersadar

Sejauh apapun aku mengejar mustahil sejajar

Aku sang pecandu senja

Dan kau perindu fajar

Kita dua yang bersebrangan

 

 

Penulis: Kholifatul Rosidah, dapat ditemui melalui instagram @liiiiifffff15_.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.