Tuhan Saya Lelah
Tuhan Saya Lelah
Tuhan,
Semesta kini telah terlelap
Menidurkan insan-insan yang lelah
Namun tidak denganku
Mataku masih terjaga
Menatap cahaya yang tersisa
Meratapi sebuah rasa
Rasa yang tak pernah tersentuh akal
Rasa yang membuatku terjungkal
Apakah ini rasa yang wajar?
Tuhan,
Bolehkah aku mengeluh?
Kau ciptakan kami sebagai insan
Dengan penuh keterbatasan
Bagaikan kambing yang tersesat
Tanpa arahan sipenggembala
Bolehkan aku merasa lelah?
Rasa ini sungguh menguras tenaga
Tuhan,
Engkau sang pencipta rasa
Kau berikanku gairah membara
Kau buat rasaku semakin meledak-ledak
Bisakah berhenti sampai disini saja?
Layaknya kau tidurkan insan-insan yang lelah
Bisakah kau tidurkan rasaku padanya?
Tuhan aku malu mengeluh
Tapi kini aku mencapai batasku
*
Teringat
Petang yang muram
Sang cakrawala kehilangan kilaunya
Sayapun terduduk bosan
Menatap jalanan basah
Dengan genangan airnya yang tampak penuh
Namun ia masih menampung rintik-rintik tangisan langit
Hawa dingin meningkatkan kesadaran
Membawa saya mengingat masa itu
Dibawah tangisan langit didalam dekapan mesra
Bersama kamu yang hangat
Tiba-tiba saya teringat
Kenangan manis kala itu
Kamu benar-benar hangat
*
Mendung
Hari ini nampak mendung
Aku berjalan entah kemana
Membalut luka dengan senyuman
Menyusuri jalan yang tak bertuan
Menjauh dari mereka
Menahan lara yang mendera
Dengan pikiran berkecamuk
Dan langit yang semakin gelap
Masa bodoh!
Biarlah langit semakin gelap
Biarlah sang surya semakin tertelan awan
Namun jangan dengan anganku
Atau aku akan tersesat
*
Pilihan
Kala itu,
Aku menemui dua pilihan yang menjebak
Tanpa berpikir panjang
Aku memilih terjebak dan bertahan
Aku menuai harapan meski tau salah
Nyatanya memang tak mudah
Nyatanya tak ada yang berubah
Hingga aku menyerah
Hari ini,
Kucoba pilihan yang lain
Kumulai ulang dari awal
Seperti merestart sistem
Kali ini kupilih dengan benar
Dan memang keluar hasil berbeda
Ternyata, dulu aku terlalu bodoh
Untuk sebuah pilihan
Namun itu tak akan terulang
Untuk sekarang,
Daripada menyerah aku memilih berjuang
*
Tersadar
Aku masih menaruh harapku padamu
Aku masih berlari mengejar langkahmu
Namun selalu saja ada jarak terbentang
Selalu saja dalam jangkauan tak wajar
Hingga aku tersadar
Sejauh apapun aku mengejar mustahil sejajar
Aku sang pecandu senja
Dan kau perindu fajar
Kita dua yang bersebrangan
Penulis: Kholifatul Rosidah, dapat ditemui melalui instagram @liiiiifffff15_.