Sat, 07 Dec 2024
Puisi / Gibrant Aryoseno / Aug 18, 2024

Waktu Tak Lekang Oleh Waktu

Pendukung

Dering alarm membuatku berlari

Menghirup udara segar di tanah anarki

Berat ayunan tangan dan hentakan kaki

Sedikit tertembok, pemimpin dicaci-maki

 

Di kala aku mengayuh sedikit raga

Di sana tampak sebuah nyawa

Tangannya diangkat, mulutnya terngaga

Seorang pendukung, dikirim untuk hamba

 

Kencanglah aku lari tanpa berhenti

Terobos palang pintu kereta api

Hancurkan kanak yang suka buli-buli

Hingga ruang pejabat yang suka korupsi

 

Masih ada di sana nyawa itu

Kali ini tersenyum tanpa ada gigi

Begitu aneh tak tampak curiga

Seorang pendukung, dikirim untuk hamba

 

Lari lagi di jalan panas

Kali ini rumah ibadah tengah digusur

Sampah menumpuk di kali-kali

Pun para pengobat yang suka menawar

 

Sedikit lagi sampai di rumah

Dan nyawa itu masih ada di sana

Gelak tawa dan sorotnya mirip bercanda

Seorang pendukung, dikirim untuk hamba

 

Sepatuku tak henti menghentak bumi

Sekarang lewat jeruji besi

Nenek ambil kayu jadilah napi

Harusnya besi buat para peledak diri

 

Aku sudah tak kuat lagi

Tanah anarki terlalu berat buat berlari

Udaranya panas, tanahnya gersang

Bukan lautan, tapi ladang babu

 

Ah, tanah ini sudah terlampau gila

Sosok nyawa yang sedari tadi berdiri di sana

Kenapa aku tak cepat-cepat merasa

Seorang pendukung, tidak lain adalah hamba

 

Waktu Tak Lekang oleh Waktu

 

Tangisku tak pernah disambut bunga

Kelopaknya menguncup menolak kebatilan

Ke mana duniaku pergi tak pernah aku tahu

Yang kuingin hanya hidup bahagia tanpa halu

 

Mereka berkata bahwa ku masih muda

Waktuku tersisa banyak, masih ada banyak

Tapi bagaimana aku bisa mengilhami waktu

Kalau ternyata

Waktu tak lekang oleh waktu

 

Kita bergerak dalam dimensi pribadi

Ketika dunia berjalan

Maka dimensi bertabrakan

Janganlah engkau menghitung waktu

Sejatinya waktu tak lekang oleh waktu

 

Ketika kita mati

Bukan waktu kita yang t’lah berhenti

Tapi dimensi pribadi melepas jiwa ini

Tak lagi bertabrakan dengan dimensi ibu Bumi

Sebab sejatinya

Waktu tak lekang oleh waktu

 

Surat Cinta

 

Engkau tak pernah tunduk dan sujud

tapi perutmu selalu kenyang

Engkau tak pernah mendengar dan memuja

tapi jiwamu sampai sekarang baik-baik saja

Bahkan engkau tak pernah percaya

tapi kasihku padamu masih luar biasa

Aku kurang apa lagi, wahai hamba?

Aku selalu memberi hari esok buatmu bercerita

Aku tak pernah lengah sedikit pun memandangi

Aku bersedia mengampuni dosa-dosamu yang sebesar bumi

yang mana tidak ada yang tahu kecuali aku dan kau

Terkadang kau marah, tapi selalu aku tunjukkan pintu keluar

Terkadang aku marah, tapi tak pernah aku menelantarkanmu

karena aku tahu kau masih mampu

Padahal aku cuma memanggilmu lima kali sehari

Bahkan kalau kau tak mau pun, syaratku cuma percaya

Meski cuma sebesar biji sawi

Tolong balas surat cintaku ya, wahai hamba

 
 
Penulis: Muhammad Gibrant Aryoseno, lahir di Kulon Progo, DIY. Biasa menulis novel, cerpen, dan puisi. Karya-karyanya dapat dijumpai di beberapa media daring, termasuk di laman Instagram-nya (@gibrantha). Novelnya "Machine with a Heart" adalah pemenang Wattys Indonesia 2022 kategori fiksi ilmiah.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.