Thu, 12 Dec 2024
Warta / Kontributor / Jan 04, 2021

La Casa De Papel, Sebuah Resensi

Mungkin masih banyak dari kita yang belum mengetahui Lacasa De Papel atau yang lebih dikenal dengan judul Money Heist. Ya, betul. Ini merupakan film serial yang tayang di aplikasi streaming sejuta ummat, Netflix.

Sebelum berpanjang lebar, saya akan curhat sedikit. Loh kok malah curhat?. Ya suka-suka saya dong. Kan ini tulisan saya. Eee e e e e ee…. (tertawa ala Denver). Jadi serial ini tayang di Netflix sejak tahun 2017 untuk Season 1. Kemudian Season 2 pada tahun 2018, dan berlanjut di tahun 2019 hingga tahun ini untuk season 3 dan 4.

Nah, sejenak saya berpikir. Kok bisa saya melewatkan series yang sekeren ini selama beberapa tahun?. Entahlah, mungkin karena tren untuk menonton serial via streaming di Netflix belum terlalu hype di Indonesia kala itu. Walhasil saya juga fokus pada agenda sehari-hari dan lebih banyak menyaksikan film layar lebar (kita bahas seputar film layar lebar lain waktu yah).

Terima kasih kepada physical distancing yang telah membuat kita #dirumahaja dan beraktivitas tidak seperti biasanya. Banyak dari teman-teman yang kakinya mungkin sudah gatal ingin keluar, sekadar berjalan-jalan, olahraga sore, bersepedaaa~ (kata Arifbrata: hahha belah), dan bahkan pergi ke bioskop (tidak terlalu peduli dengan filmnya, tapi hanya sekadar mendengar bisikan kalimat

All... Around.... Youuuhh... yang sedikit membuat bulu kuduk merinding dan geli-geli sedap saat mendengarnya). Eee e e e e ee….

Baik, back to the topic. Money heist atau Lacasa De Papel ini pun saya tonton baru-baru ini (saya baru saja menyelesaikan Season 1 & 2). Ini pun akibat dorongan dari sahabat saya yang mengatakan serial ini sangat, sangat, sangaaattt baguss. Awalnya saya tidak begitu tertarik, namun melihat beberapa postingan di timeline berkaitan dengan serial ini, rasa ingin tahu pun menyeruak.

Bukan karena apa, tetapi yang menakjubkannya, orang-orang rela menunggu hingga satu tahun untuk menyaksikan serial ini rilis di Netflix. Bagaimana mungkin?.

Hal ini pun membuat saya semakin penasaran dan tertarik untuk menyaksikan serial ini. Sebagai movie enthusiast alias penikmat film dan juga serial, tentu saja sangat menggugah hati. Sebut saja serial berjudul SHERLOCK, Black Mirror, dan bahkan S** Education sudah saya lumat.

Belum lagi film drama serial yang berasal dari negara oppa-oppa kesayangan kalian juga beberapa sudah saya cermati alur ceritanya (kapan-kapan juga akan kita bahas juga yah)

Sedikit disclaimer atau klarifikasi (ala-ala yutuber gitu, haha), dalam resensi ini saya sebisa mungkin tidak membocorkan plot dan jalan ceritanya. Namun dalam tulisan ini akan ada sinopsis, bocoran karakter, sedikit premis (khusus season 1 &2), dan juga beberapa hal yang saya suka maupun tidak suka dari serial ini. Untuk itu, bagi teman-teman yang kurang suka dengan hal yang berbau SPOILER silahkan tutup tulisan ini.

Tulisan ini merupakan pendapat pribadi saya dan tidak lepas dari banyak kekurangan. Bagi yang ingin sinopsis dan penjelasan lebih lengkap, teman-teman bisa gugling di tempat lain. Jadi, apakah tulisan ini cocok dinamakan resensi? Silahkan bapak editor yang menentukan. Kalau tidak cocok, ganti judul aja ye kannn. Eee e e e e ee….

Tanpa perlu panjang lebar lagi, mari kita mulai.

Lacasa De Papel merupakan serial dengan genre Action, Comedy, Drama. Film ini dipenuhi dengan berbagai intrik dan penuh ketegangan. Namun, selain hal tersebut, terdapat pula bumbu-bumbu Comedy dan Romance yang cukup menjadi selingan diantara ketegangannya.

Serial ini menceritakan tentang perampokan yang terjadi di Bank Percetakan Uang Nasional Spanyol (serupa dengan Bank Indonesia). Sekolompok orang menggunakan pakaian Merah dan topeng Salvador Dali mensabotase keamanan bank dan menyandera karyawan serta pengunjung yang ada di dalamnya. Pihak kepolisisan Spanyol tentunya tidak tinggal diam.

Protokol keamanan pun dilaksanakan demi keselamatan sandera yang ditawan oleh pihak perampok. Namun sesuai judulnya, serial ini berfokus menceritakan aksi sang perampok. Bagaimana mereka bisa berkumpul, merencanakan perampokan, melancarkan aksi, hingga akhirnya terkurung di dalam bank tersebut tanpa kepastian apakah mereka bisa keluar dan sukses merampok, atau malah tertangkap oleh polisi yang telah siap siaga 24 jam nonstop di luar bank.

Bagian ini kita memasuki zona Spoiler Alert

Diawal Season 1, Lacasa De Papel ini dimulai dengan adegan perkenalan dengan tiap karakter. Sedikit latar belakang mengenai karakternya dan juga mengapa mereka bergabung dalam kelompok tersebut. Disini kita diperkenalkan dengan para tokoh utama. Sebut saja Tokyo, Denver, Rio, Moscow, Berlin, Oslo, Helsinki, Rio, Nairobi, dan tentu saja Professor. Mengapa nama-nama tokohnya menggunakan nama kota? Jawabannya ada diujung langit di serialnya.

Mereka pun saling mengenal dan mempelajari rencana yang telah disusun sedemikian rupa agar perampokan mereka berjalan lancar. Yang perlu dicatat, dalam kelompok ini ada beberapa aturan yang diterapkan dan tentunya tidak boleh dilanggar. Disinilah intrik dan berbagai permasalahan muncul.

Hal ini diceritakan sejak episode awal hingga mengalir ke tiap episode berikutnya seiring dengan bagaimana mereka melancarkan aksi perampokan di bank. Hubungan emosional tiap karakter sangat terasa sehingga kita merasa terbawa dalam suasana yang ditunjukkan dalm tiap adegannya. Pendalaman karakter oleh aktor dan aktrisnya pun sangat mendukung penjiwaan karakter-karakter tersebut.

Ketegangan muncul ketika sedikit demi sedikit, langkah dan taktik mereka mulai diendus oleh pihak polisi. Pihak perampok pun harus memutar otak untuk tetap melaksanakan perampokan sesuai rencana. Adu strategi dan kepintaran pun dilakukan oleh kedua pihak yang semakin membuat penonton merasa berada dalam situasi tersebut. Cerita berlanjut hingga penghujung Season 1 dan berlanjut ke Season 2.

Situasi makin memanas akibat kelalaian dan adanya improvisasi dari pihak perampok dari rencana yang telah mereka susun sebelumnya. Adegan baku tembak, kekerasan, darah, bahkan adegan intim pun beberapa kali ditampilkan dalam tiap episodenya. Karena sesuai genrenya yaitu Action, saya sangat menyarankan untuk teman-teman bijak dalam menyaksikan serial ini.

 

Bagi yang tidak sanggup melihat adegan-adegan tersebut tentunya tidak saya sarankan untuk menonton. Menonton bersama keluarga terutama adik dan orang tua juga sangat tidak dianjurkan, karena ini bukanlah serial keluarga. Untuk itu, sekali lagi bijaklah dalam menonton serial ini.

Ketegangan memuncak hingga di penghujung Season 2. Kitapun disuguhkan dengan adegan yang sangat-sangat emosional. Entah mengapa tiba-tiba ada sesuatu yang mengalir di pipi saya. Ya, akan ada kesedihan di dalamnya. Di bagian ini sesuatu yang krusial telah terjadi. Apakah ini kesedihan bagi pihak perampok atau bagi pihak kepolisian? Silahkan dinonton sendiri.

Pada akhirnya semua ketegangan ini ditutup dengan sangat dramatis. Pihak polisi dan perampok sama-sama dalam kondisi unggul. Namun, drama tetaplah drama. The show must go on. Apakah kemenangan telak bagi pihak perampok? Atau penegakan hukum oleh pihak kepolisian? Selamat menyaksikan.

Bella ciao, ciao, ciaoo~

Itulah tadi sedikit sinopsis serta premisnya. Semoga membuat teman-teman penasaran ya. Supaya teman-teman semakin teracuni, berikut beberapa hal yang saya suka dari serial ini.

Serial ini memiliki alur cerita yang kompleks. Adanya adegan mengingat masa lalu dan kembali ke situasi sekarang semakin mempertajam motivasi serta intrik di dalam adegan tersebut. Hal ini pastinya diperkuat dengan arahan sang sutradara tiap melakukan adegannya.

 

Disamping itu, sinematografi yang ditampilkan juga sangat memanjakan mata. Saya merasa tidak ada bagian atau adegan dari film ini yang membosankan. Selalu ada hal yang diselipkan dalam tiap pengambilan gambarnya yang akan berkaitan dengan adegan berikutnya. Scoring atau background music dalam film ini sukses membuat saya semakin tenggelam dalam suasana dan ketegangan adegannya.

Diluar segi perfilman, adapula hal lain yang saya sukai dari film ini. Yaitu, bahasa.

Serial ini berlatar negara Spanyol, dan tentu saja bahasa yang digunakan adalah bahasa Spanyol. Saya merasa sangat senang karena secara tidak langsung kita bisa belajar bahasa Spanyol dari serial ini. Beberapa kosa kata yang mungkin akan sering kita dengar seperti

Vamoss.. vamoosss...
Si?
Porvapor?
Holla...
Una, Dos, Trees...
Sinyorass... Sinyoress...

dan beberapa kosa kata lainnya. Belajar sambil menonton adalah hal yang menyenangkan bukan?. Semoga teman2 juga merasakan hal yang sama.

Berikutnya adalah adegan komedi. Bagi saya komedinya terasa natural dan tidak jarang membuat saya terpingkal sendiri saat menonton. Mungkin ini tidak berlaku bagi semua orang, tergantung pada selera humor masing-masing. Namun yang jelas, yang paling membuat cekikikan adalah ketika pertama kali lagu Bella Ciao diputar. Seperti apa adegannya, silahkan dicermati sendiriiii.

Eee e e e e ee…. (bagi teman2 yang sudah nonton, pasti mengerti bagaimana bunyi tertawa ala Denver inii )

Namun, sebaik-baiknya film maupun serial, pastinya tetap memiliki kekurangan. Beberapa yang saya cermati terdapat adegan yang propertinya “bocor”. Hal ini sebenarnya tidak begitu berpengaruh dalam alur cerita, namun bagi saya hal ini cukup mengganggu.

Selain itu, cerita yang begitu kompleks kadang membuat saya sedikit bingung dari apa yang terjadi dalam adegan. Ditambah dengan pelafalan kalimat-kalimat yang dalam bahasa Spanyol yang lumayan cepat membuat mata saya berkedip-kedip. Sesekali saya mem-pause atau memundurkan beberapa detik untuk melihat kembali apa yang terjadi. Kemudian tercetuk lalu melanjutkan untuk menonton.

Beberapa adegan juga menyulut emosi saya untuk memaki dan berkoar-koar sendiri (dalam hati). Hal ini dikarenakan beberapa karakter terlihat sangat-sangat memancing emosi dan seakan benar-benar ingin segera ditiadakan dalam episodenya. Sesungguhnya ini masuk pada keunggulan dan apresiasi kepada penulis naskahnya, tapi jujur saya merasa emosi karenanya. Jadi yaaa begitulah.

Namun dibalik itu semua, serial ini dikemas sungguh apik dan menarik. Tak diragukan bahwa film serial ini memiliki rating yang tinggi di beberapa situs film seperti yang telah diulas oleh tim Pronesiata beberapa waktu yang lalu. Saya sangat merekomendasikan film ini bagi teman-teman yang mencari film serial action yang menegangkan.

Memiliki adegan tembak-menembak, baku hantam, darah bercucuran, emosi, adu kepintaran, adu strategi, cinta, komedi, politik, sarkasme, dan banyak hal lagi yang tidak bisa saya sebutkan dikemas menjadi satu, dan inilah Lacasa De Papel.

Akhir kata, tulisan ini adalah pendapat saya pribadi. Saya bukan pembuat film, saya bukan kritikus film, dan saya juga bukan pemain film. Saya hanya penikmat film dan masih perlu banyak belajar untuk bisa melahirkan karya dan berkontribusi bagi dunia perfilman.

Untuk itu, tulisan saya ini sangat jauh dari kata perfecto, dan tentunya ada banyak kekurangan di dalamnya. Saya memohon maaf apabila terdapat hal yang kurang mengenakkan dan tidak berkenan di hati teman2 (semoga tidak yaaa.. Eeee... e e e e ee...)

Sebagai penutup, terimakasih kepada teman-teman yang telah membaca tulisan saya ini. Terima kasih kepada sahabat saya yang telah meracuni saya dan akhirnya Amour dengan serial ini. Serta terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung, baik saya maupun film nya dimanapun kalian berada.

Sinyoraass... Sinyoress...
Me, Sahabat Nusantara
Muchas Graciasss....

*ditutup dengan alunan lagu Bella ciao

 

Penulis: Muhammad Thafshir Triansha, menyebut dirinya sebagai Sahabat Nusantara dan berkuliah di Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar angkatan sekian. Aktif di kegiatan volunteer lingkungan dan ingin menjadi content creator handal di Channel Sahabat Nusantara.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.