Melawan Kepatahan Mental dengan Kebangkitan Wisata
Fenomena kepatahan mental atau yang disebut dengan depresi menjadi isu akhir-akhir ini. Tidak hanya menjadi problematika yang memengaruhi individu, tetapi juga merambah pada anak-anak muda di masa kini.
Saat ini anak-anak muda lebih rentan mengalami depresi dikarenakan masa transisi yang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Selama periode ini, anak-anak muda dapat mengalami tekanan sosial dan emosional tinggi yang berasal dari pertemanan, penemuan identitas diri, serta masalah gengsi yang berkaitan dengan penampilan dan hubungan dengan orang lain.
Kasus depresi berlebihan hingga adanya kasus bunuh diri di kalangan anak-anak muda semakin marak terjadi. Terbaru kasus bunuh diri di Semarang yang dilakukan oleh 2 Mahasiswi dikutip dari detikjateng.
Seorang mahasiswi Universitas Indonesia juga ditemukan tewas di apartemennya. Hal ini diduga mahasiswi depresi karena skripsi sehingga memilih untuk bunuh diri dikutip dari kompasiana.
Melansir dari laman Rasyid pada 6 November 2023 megenai “Maraknya fenomena depresi pada anak muda dan pentingnya menjaga kesehatan mental”, ditemukan data bahwa ada 826 kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022.
Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Fenomena ini harus menjadi perhatian serius bagi dunia pendidikan serta pemerintah dalam mencari solusi. Solusi menjanjikan yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan kebangkitan wisata.
Tempat wisata merupakan tempat yang tidak hanya menyediakan hiburan semata. Dengan pemandangan yang indah, juga bisa menjadi tempat penyembuhan mental dan pemulihan jiwa.
Deburan ombak ditambah semilirnya angin laut, dapat membuat rileks tubuh sehingga terhindar dari stress. Mendengarkan suara alam membantu menenangkan tubuh berdasarkan data riset LensaPurwakarta.com.
Sosial media OKSEHAT mengungkap penelitian terbaru di Inggris yang menemukan bahwa berwisata ke alam ternyata memiliki dampak positif bagi kesehatan mental dan fisik, meski hanya duduk di alam.
Pentingnya meliburkan diri sejenak, pelajar memiliki kesempatan untuk melepas lelah dari kegiatan belajar yang kadang terasa menekan. Melalui kegiatan wisata, mereka dapat mendapatkan kesempatan untuk bersenang-senang.
Aktivitas menyenangkan saat berwisata dapat melepaskan hormon endorfin. Ini dapat meningkatkan suasana hati dan perasaan bahagia yang mengurangi gejala kecemasan.
Wisata saat ini telah bangkit dengan berbagai fasilitas menarik. Bahkan, dengan pesonanya Indonesia menjadi destinasi wisata liburan pesohor dunia.
Wisata dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi anak-anak muda. Mereka dapat merasakan sensasi menakjubkan dengan berbagai penampakan menarik dan menantang.
Pengalaman ini dapat membawa anak-anak muda untuk melupakan sementara masalah-masalah mereka, memberikan perasaan bahagia dan menghilangkan stres yang mereka rasakan.
Kegiatan wisata juga memberikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk mengeksplorasi alam. Menghirup udara segar di pegunungan, menyusuri sungai, atau bertualang di hutan dapat membangkitkan dan menenangkan pikiran.
Meskipun kegiatan wisata tidak bisa disamakan dengan pengobatan medis. Perasaan bahagia saat berwisata dapat melawan gelombang kepatahan mental dalam mengatasi depresi dan masalah mental yang dihadapi.
Dengan mendukung kegiatan wisata, tidak hanya individu yang akan mendapatkan manfaat, tetapi juga dunia pendidikan secara keseluruhan. Kita perlu menyadari bahwa anak-anak muda yang sehat mental akan mampu memberikan peran akademik yang lebih baik dan berkualitas.
Mari bersama-sama mewujudkan kegiatan wisata sebagai solusi melawan gelombang kepatahan mental anak-anak muda.
Penulis: Nurul Hikma, saat ini sedang melanjutkan pendidikan pada jenjang Magister di Universitas Negeri Malang. Dapat dijumpai di media sosial Instagram hikma0221.