Perundungan Siswa yang Terus Berlangsung
Maraknya kasus perundungan di lingkungan sekolah belakangan ini memicu ke khawatiran tersendiri tentunya. Sepekan ini perundungan sudah cukup meresahkan, sebab sudah memakan korban baik luka-luka sampai yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang.
Sejatinya sekolah menjadi lingkungan yang aman dan ramah bagi siswa-siswinya, apalagi tidak bisa dipungkiri bahwa waktu anak-anak lebih banyak dihabiskan di sekolah. Anehnya, perundungan masih sangat sering terulang hampir setiap tahunnya.
Jika dilihat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengertian dari perundungan atau merundung adalah menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis dalam bentuk kekerasan verval, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu.
Kasus Perundungan
Hampir tiap tahun kasus perundungan selalu masuk dalam pemberitaan baik media online, cetak ataupun televisi. Perundungan terjadi kadang di lingkungan sekitar rumah bahkan yang parahnya adalah di institusi pendidikan. Dari maraknya kasus perundungan sudah banyak yang menjadi korban.
Seperti definisi dari KBBI perundungan terjadi bukan cuma menyerang fisik tetapi psikis juga, tentu ini perlu menjadi perhatian khusus apalagi bila terjadi di lingkungan sekolah.
Melansir dari laman Republika, terdapat data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang menunjukan bahwa kasus perundungan di sekolah tercatat dari januari hingga juli 2023 terdapat 16 kasus perundungan, dengan statistik pendidikan jenjang SD 25%, SMP 25%, SMA 18,75%, SMK 18,75%, MTs 6,25%, dan pondok pesantren 6,25%
Dikutip dari BBC Indonesia, dari bulan januari hingga agustus 2023 Jaringan Pemantau pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat bahwa ada 379 anak usia sekolah menjadi korban perundungan di lingkungan sekolah.
Terbaru kasus perundungan siswa SMP di Cilacap yang dilakukan oleh sesama siswa, hal ini menjadi viral di media sosial yang cukup menarik perhatian publik. Dalam video yang beredar siswa yang merundung terdiri dari 5 orang, melakukan perundungan dengan masih menggunakan seragam sekolah.
Meski kasus ini sudah ditangani pihak berwenang tetapi publik masih cukup dibuat geram atas kasus perundungan ini. Siswa yang melakukan perundungan juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Langkah Solutif
Tentu sangat diperlukan langkah yang solutif untuk menyelesaikan kasus perundungan ini, khususnya di lingkungan sekolah sangat perlu untuk meningkatkan lagi pengawasan terhadap siswa. Tidak lagi menganggap perundungan sebagai sesuatu yang lumrah terjadi atau menganggapnya sebagai sebuah candaan.
Orang tua sudah menitipkan anaknya pada sekolah untuk dididik dengan baik, menerima pembelajaran, mendapatkan pengetahuan, dan yang terpenting para siswa juga perlu untuk diberikan rasa yang aman.
Sekolah rasanya juga perlu untuk memperbanyak kegiatan yang meliputi pendidikan budi pekerti dan literasi, sebab kedua hal ini setidaknya dapat memperkuat dan memperbaiki karakter siswa. Pendidikan budi pekerti ditujukan untuk membuat siswa lebih beradab dan memiliki sopan santun, sedangkan literasi diharapkan mampu untuk membuka cakrawal berfikir siswa, membuat siswa lebih peka akan sesuatu hal.
Lebih jauh solusi dari pemangku kebijakan tentang perundungan sangat diperlukan, agar kasus perundungan bisa diminimalisir. Belajar dari kasus ini rasanya ada banyak hal yang perlu untuk dilakukan perbaikan dan pembenahan pada institusi pendidikan. Pada akhirnya kerja samalah yang akan menghasilkan langkah solutif untuk kebaikan kita semua, bukan lagi tentang 1 atau 2 orang tapi melainkan semua pihak.
Penulis: Muhammad Khudri Syam, saat ini aktif di tim pronesiata.id.