Fri, 19 Apr 2024
Esai / Jan 01, 2020

Odha dan Stigma Masyarakat Indonesia

Pernahkah kalian mendengar istilah ODHA? Istilah ODHA bagi orang awam merupakan istilah yang asing. Tetapi ketika ketika mendengar kata HIV/AIDS, pandangan masyarakat seketika berubah menjadi pandangan merendahkan atau bahkan menjauh tanpa basa basi.

ODHA merupakan singkatan dari orang dengan HIV/AIDS. HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah salah satu virus yang merusak dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan istilah AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV.

Virus HIV/AIDS yang menyebar di seluruh dunia telah banyak memakan jutaan korban, sehigga seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan sekitarnya

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun.

Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah dari pada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat.

Pertama kali mengetahui hasil tes HIV mungkin adalah pengalaman yang sangat menakutkan. Menjadi HIV-positif, atau terkena HIV, tidaklah sama dengan terkena AIDS. Banyak orang yang HIV-positif tetapi tidak menunjukkan gejala sakit selama bertahun-tahun. Namun selama penyakit HIV berlanjut, virus tersebut secara perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh. Apabila kekebalan tubuh  rusak, berbagai virus, parasit, jamur, dan bakteria yang biasanya tidak mengakibatkan masalah dapat membuat anda sangat sakit bahkan menjadi suatu penyebab kematian. Namun, kita tidak perlu takut atau merasa waspada dengan orang yang terinfeksi HIV. Karena HIV hanya dapat menular melalui cairan kelamin, darah dan ASI.

Beberapa tahun lalu, diagnosis positif HIV atau AIDS seringkali diibaratkan seperti bunyi lonceng kematian. Namun saat ini perkembangan dunia pengobatan, kini HIV sebenarnya ada obatnya. Seperti halnya dengan penyakit kronis/menahun lainnya, meskipun tidak dapat menyembuhkan penyakit namun dengan terapi obat yang tepat dapat membantu memperpanjang harapan hidup.

Dengan menjalani terapi Anti Retroviral (ARV), orang yang terinfeksi virus HIV tetap bisa memiliki umur yang panjang, sehat dan produktif. Terapi ARV secara teratur sangat penting bagi orang dengan HIV positif, karena akan menekan jumlah virus HIV yang ada di tubuh sekaligus menjaga kekebalan tubuh (CD4 > 350).

Melalui pengobatan yang baik dan menjalankan pola hidup sehat, banyak orang dengan HIV bisa hidup seperti halnya orang-orang yang tidak memiliki HIV. Terus melakukan interaksi sosial, bekerja atau belajar, menggapai cita-cita, atau bahkan membangun keluarga yang bahagia selayaknya orang-orang yang tidak terinfeksi virus ini.

Mengetahui fakta diatas, hal yang sangat disayangkan hingga hari ini adalah kenyataan bahwa di kalangan masyarakat indonesia, masih banyak yang beranggapan bahwa ODHA identik dengan seseorang yang sering menggunakan obat terlarang, berhubungan seks dengan pekerja seks komersial, dan lain sebagainya. Selain itu, masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa HIV bisa ditularkan hanya dengan kontak fisik atau berdekatan dengan ODHA.

Stigma terhadap ODHA telah melekat sejak pertama kali virus ini ditemukan dan menyebar luas. Hal ini dapat menjadi sah satu akar masalah sulitnya pemberantasan HIV/AIDS di masyarakat.

Adanya diskriminasi terhadap ODHA bisa membuat mereka menutupi identitasnya, menarik diri, atau mengasingkan diri dari masyarakat. Hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap kesehatan ODHA. Mereka bisa jadi malu untuk periksa ke dokter atau mendapatkan perawatan di rumah sakit. Akibatnya mereka berisiko besar menularkan virus HIV ke orang lain karena kurangnya pengetahuan ODHA terhadap cara penularan virus ini.

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA juga akan berdampak pada terbukanya penyebaran penyakit HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi akan mematahkan semangat seseorang untuk melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau tes HIV/AIDS.

ODHA sebagai bagian dari masyarakat juga memiliki Hak Asasi yang sama dengan manusia yang lainnya. Mereka berhak untuk memiliki kehidupan yang layak, berhak untuk mendapatkan perawatan, berhak untuk bekerja dan lain sebagainya.

Pendampingan terhadap ODHA sebenarnya adalah salah satu cara untuk menghambat perkembangan virus HIV/AIDS di masyarakat, dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat bahwa setiap tindakan yang dilakukan akan berdampak dikemudian hari. Berpikir sebelum bertindak, namun jika sudah terlanjur jangan hanya menyalahkan, cukup dijadikan sebagai pembelajaran yang berharga.

 

*Tulisan ini merupakan salah satu bentuk kerjasama dengan UKM MAPHAN UNM terkait informasi seputar HIV/AIDS dan NAPZA


Penulis: Sri Fatmawati Mustamin (anggota UKM MAPHAN UNM)

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.