Thu, 12 Dec 2024
Puisi / Susi Susanti / Jun 02, 2021

Memuja Imperialis, Mengasihi Palestina

Memuja Imperialis, Mengasihi Palestina

Berita palestina giat berselancar di sosial media
Pamflet donasi pun menghiasi instastory warganet
Bahkan aksi kampanye langsun tak segan dilakukan.
Paket bantuan tak henti-hentinya berdatangan.
Apresiasi tentu patut dilekatkan pada segelintir orang yg masih punya empati terhadap konflik internasional ini.

Sejenak saja bila kita renungkan.
Kadangkala  kita berbangga diri memuja imperialis.
Cenderung memihak brand buatan kapitalis dibanding produk lokal.
Barangkali KFC, Burger King, Pizza Hut dan sarang-sarang lainnya justru pemasok terkuat para penjajah.
Macam-macam perangkap mereka sudah berhasil mengekspansi di tanah air.
Tak mungkin pemerintah tolak bukan?
Toh, telah meraup pajak yang kian besar.
Mana mungkin ada blockade brand, kan penguasa tau-taunya hanya netral & main aman menyikapi.

Seakan-akan Kita hanya bisa  berdiri di dua sisi.
Sisi satu mendukung Israel
Sisi lainnya mengasihi Palestina
Modal berputar beriringan dengan rudal & peluru meledak di negeri syam.
Anak-anak bersimbah darah, sembari menyaksikan ibunya diseret hidup-hidup.

Nalar tak lagi beranggapan
ini  hanya masalah agama.
Ini masalah kemanusiaan, bukan?
sayang sekali, yang mereka pahami
“doktrin kemanusiaan berlaku hanya untuk kaumnya saja.”
Lantas, tidakkah ada solusi konkrit lain dari pihak yg berwenang menyikapi?
Paling tidak, segera menekan segala bentuk kebiadaban.
Entah dengan regulasi atau nurani.

*

Carut Marut Dampak Covid19

Dari kebijakan wajib pakai masker, PSBB hingga wajib vaksin
Dari pelarangan buka puasa bersama hingga mudik
Dari sanksi denda hingga dipolisikan.
Begitulah kira-kira dampak covid19.

Iklim pemerintahan, penegakan hukum, suasana pendidikan tentu paling menuai dampak utama.
Dari pengesahan sejumlah RUU yg menuai kontroversi,
Pelarangan berkerumunan hingga
Belajar online yg tak jelas prosedur.

Entah, sampai kapan kondisi dramatis ini kita nikmati bersama.
Isu new normal seolah tak ada bedanya.
Tetap saja, instansi di segala lini daerah maupun pusat masih saja beralasan “semua dialihkan ke covid”.
Sehingga, pengembangan  aspek lain kian tak punya daya.

Belum lagi OKP-OKP yang tidak jelas keberpihakannya.
Seolah kebijakan covid19 dijadikan alas makan.
Dialog-dialog virtual terkesan formalitas
Setelahnya, krisis solusi ataupun realisasi.
Sebut saja, Tak doyan lagi bermitra kritis dgn penguasa
Toh, sudah keenakan dibungkam.

Tak henti-hentinya segala harap tercurah pada yg masih punya nalar kritis & daya pikir sehat.
Nurani tak lupa bermain.
Jangan lupa, ada bibit bobot kita yg butuh pendidikan normal.
Pun juga bagi para penegak hukum
Jangan lupa, ada sejumlah kriminal belum sempat ditindak.
Paling utama, jangan lupa ada banyak koruptor yang semakin menampakkan dirinya sendiri.

 
 
Penulis: Susi Susanti, Pegiat Literasi Gerakan Aksara Paraikatte HIPERMATA.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.