Wed, 30 Oct 2024
Puisi / Susi Susanti / Jan 03, 2021

Pelosok Negeri (Pattiro) Lupa Dimerdekakan

Setelah sekian saat, kembali kutapaki pelosok negeri.
Kembali menjenguk antusias anak-anak pattiro belajar
Kembali mengabai dunia maya lalu menggantinya dengan obrolan nyata seputar keluh kesah warga setempat.
Lagi-lagi soal kondisi pendidikan di pelosok negeri.

Dari jauh, pelupuk mata telah mendapati dengan jeli si damar memainkan bola
Si sandi dengan mimik formalnya yang siap menghafalkan teks pancasila
Si Halima menyapa dengan kekuatan matematis
Si rehan sudah siap siaga menyanyi sambil mengeja abjad
Si yusuf memancarkan harapan di matanya, bahwa “kakak sudah datang! Besok kita pasti belajar. Saya ingin jadi presiden”
Itulah situasi nonfisik yang sempat terbaca
Tak usah kusebut satu persatu lagi nama mereka
Paling penting, hanya perlu memberi kemerdekaan pada mereka.
Layaknya anak-anak di kota, semboyan merdeka belajar patut dihidupkan jua pada anak-anak di pelosok

Lantas, bagaimana bisa semboyan “merdeka belajar” terealisasi di lingkup mereka?
fasilitas belajar sangat membatasi gerik siswa
Guru selaku pengarah ilang-ilangan.
Dipaksa melupa pada agenda sekolah, digiring langsun kerja saja di sawah.
Seolah sejak dini, kebebasan belajar mereka direnggut oleh keadaan bukan?
Padahal antusias belajarnya sangat tinggi
Percayalah, suatu waktu disuruh datang jam 8 pagi oleh relawan pendidikan
Mereka malah datang jam 6 pagi.

Masih terngiang di ingatan pula
Awal kedatangan menjenguk pelosok,
Mula-mula kelas belajar mereka hanya di bawah kolong rumah
beralaskan tanah, tidak memiliki pintu
Maka, Setiap saat kotoran ayam menyambut kedatangan anak-anak di pagi hari
Hanya ada batas dinding kayu,
siswa belajar secara terbuka.

Kali keberapa kemudian saya datang membesuk kembali kondisi pelosok (pattiro).
Nyatanya anak-anak sudah memiliki kelas versi gedung baru.
Apresiasi besar andil relawan pendidikan yg telah mengupayakannya.
Namun, tanyaku perihal “mengapa gedung kelas terlihat nganggur?”
Malah dijadikan gudang tempat hasil panen tani
Sautnya warga “tak ada guru konsisten hadir mengisi proses pembelajaran nak. Makanya untuk sementara begitu saja dulu.”
Sebab, gaji guru yang ditunjuk hanya Duaratus-an perbulan
Itupun cair 3 bulan sekali
Mana cukup menyimpul kebutuhan sehari-hari?
Makanya ia enggang menjadikan prioritas masuk mengajar.

Siapa yang patut disalahkan terkait ini?
Semoga saja pemerintah daerah tidak menafikkan kondisi pelosok negeri
Semoga saja segera ada yang membincangkan solusi atas kendala pendidikan di pelosok
Semoga saja kesejahteraan guru-guru pelosok segera ditambal
Semoga saja anak-anak pelosok segera mendapatkan haknya untuk belajar lebih layak
Paling tidak segera merdeka seperti anjuran Bapak kemendikmud
Segera merdeka seperti gambaran perayaan kemerdekaan Republik Indonesia.

 

Penulis: Susi, Volunteer Komunitas Guru Untuk Bangsaku, Mahasiswa Jurusan PPKn yang tengah menyusun hasil penelitian di pelosok.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.