Milad GUB: Kilas Balik Torehan Relawan Pendidikan
16 Mei 2020 menjadi moment berharga bagi Komunitas Guru Untuk Bangsaku (GUB). Waktu yang tercatat sebagai tahun ke-2 Komunitas yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial daerah terpencil, terbelakang dan terluar (3t) tersebut telah merekrut kurang lebih 100 relawan.
Dari awal berdirinya hingga hari ini, komunitas yang didirikan oleh 5 orang sekawan tersebut telah mengukir berbagai jejak yang tak dinilai oleh sepeserpun materi. Perlu diingat kembali GUB Founder’s terdiri dari Andi Malikus Shalih, Ramdhani, Sulhayana, Angga Saputra dan Iksan Nur.
Tujuan utama didirikannya komunitas peduli kemanusiaan tersebut semata-mata agar anak-anak di pelosok negeri mampu merasakan Pendidikan seperti halnya anak-anak yang tinggal di kota-kota maupun desa. Lantas, apa saja torehan komunitas Guru untuk bangsaku selama ini?
Sesuai project program kerja, GUB memilih sekolah binaan dengan target pengabdian 6 bulan di lokasi. Kampung Pattiro Dusun Makmur Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros ialah lokasi binaan pertamanya. Suatu perkampungan terpencil dengan kondisi pembangunan infrastruktur yang masih sangat minim. Bayangkan, untuk menempuh lokasi relawan harus berjalan kaki selama kurang lebih 1 jam sebab akses kendaraan belum ada. Relawan pun harus melalui perbukitan, dan menyeberangi sungai berarus deras dengan lebar kurang lebih 70 m.
Belum lagi ketika debit air sungai naik relawan harus memilih jalanan lain dengan berjalan kaki selama 2-3 jam. Jalanan yang didapati tentu tidak seperti jalanan pada umumnya yakni belum beraspal, berupa tanjakan terjal, berlumpur dan sewaktu-waktu jika hujan keadaan jalan sangat licin ditambah pula relawan harus siap melewati beberapa sungai yang arus airnya cukup deras untuk sampai di lokasi abdian.
Tingkat pendidikan penduduk di lokasi abdian GUB terbilang masih sangat rendah. Awal-awal kedatangan para relawan ke sana, hanya ada kelas jauh MI Hidayatullah yang dijadikan anak-anak sebagai tempat belajar. Kondisi bangunan yang dianggap sekolah, masih jauh dari fasilitas sekolah pada umumnya. Ringkasnya hanya beralaskan tanah, berdinding kayu dan bertempat di bawah kolong rumah kepala dusun.
Guru di sana pun belum tetap, sehingga siswa kadang-kadang hanya belajar 3 kali sepekan bahkan tidak sama sekali. GUB hadir memberikan warna tersendiri bagi siswa. Meskipun siswa digabung mulai dari kelas 1 sampai 6, hal itu tidak dijadikan kendala relawan dalam mengajar di lokasi abdian. Ada kurikulum disertai metode tersendiri yang dijadikan pegangan para relawan dalam mengajar.
Menariknya, setiap kali dilakukan open rekruitmen, relawan baru cukup antusias menginisiasi proses pembelajaran sekreatif mungkin dengan membuat media pembelajaran tersendiri. Kerapkali anak-anak digiring belajar di luar kelas untuk menghindari pembelajaran yang menyuntukkan seperti di halaman rumah, di lapangan, bahkan di rumah-rumah sawah.
Berkat semangat dan kelihaiannya menjalankan misi kemanusiaan, GUB diberi kepercayaan oleh Dhompet Dhuafa Sulsel bekerjasama dengan Sekolah Putri Darul Istiqamah melakukan renovasi ruang belajar di lokasi abdian. Sehingga, siswa-siswa di Kampung Pattiro kini memiliki fasilitas yang lebih layak dibanding sebelumnya.
Program yang tak kalah penting menyita perhatian relawan GUB ialah pembangunan Masjid. Mengingat, Semua masyarakat di kampung Pattiro diketahui mengaku beragama Islam. Tapi Kerukunan beragama di sana sangat minim sebab tidak adanya sarana bagi mereka untuk berkumpul sesame muslim melaksanakan kegiatan-kegiatan di bidang agama, seperti sholat jum’at, tarawih, maulid nabi dan perayaan-peraayaan hari besar muslim lainnya.
Hal ini yang melatarbelakangi salahseorang relawan GUB yang bisa dibilang orang paling berjasa menginisiasi pembangunan masjid. Karenanya, relasi terbangun oleh beberapa pihak. Alhasil, lagi-lagi GUB diberi kepercayaan oleh pihak tertentu (masjid nusantara) untuk mengawal pembangunan masjid di lokasi abdian GUB.
Selain mengajar, beberapa agenda pembangunan yang diancang-ancang jauh-jauh hari telah menuai hasil. Agenda lain yang ikut terealisasi seperti membangun jembatan pensil untuk kemudahan penyeberangan kebutuhan alat dan bahan selama proses pembangunan ruang belajar dan masjid, bakti sosial dengan membagikan seragam sekolah ke setiap siswa di lokasi abdian dan mengupayakan buku-buku bacaan sebagai media pembelajaran.
Memeriahkan semarak kemerdekaan dengan menggandeng beberapa komunitas lain mengadakan lomba-lomba di lokasi abdian, nyeleng anak negeri, jualan cakar dan laundry sepatu untuk pendidikan pelosok dihari jum’at menjadi agenda rutin GUB dalam menghimpun donasi, ikut serta dalam aksi #wordcleanupday2019 yang berhasil mengumpulkan berton-ton sampah dan terlibat aktif dalam aksi-aksi kemanusiaan lainnya yang tak bisa penulis jangkau satu persatu.
Ditengah pandemi ini, para relawan GUB memang tidak memungkinkan datang membesuk lokasi abdian. Begitupun terkendala melangsungkan beberapa agenda. Tapi, mereka tetap mengisi agenda kosong dengan cara terlibat aktif dalam membantu masyarakat yang terdampak COVID-19. Tepat hari Senin,11 Mei 2020 beberapa relawan gub membagikan beberapa paket sembako dengan cara langsung mengunjungi rumah-rumah warga kota Makassar yang membutuhkan.
Itulah kilas balik yang sempat penulis ulas seputar torehan GUB yang hingga hari ini tidak kapok-kapoknya meneriakkan semboyan #generasiuntukgenerasi. Kiranya bisa mewujudkan mimpi anak-anak dari generasi ke generasi utamanya mimpi yang menyoroti kondisi pendidikan di pelosok negeri.
Harap penulis, semestinya kondisi Pendidikan daerah terpencil, terbelakang dan terluar (3t) diberi perhatian lebih oleh pemerintah pusat maupun daerah serta para pegiat pendidikan. Toh juga sudah diatur secara konstitusional dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 5 ayat 3 serta diperjelas lebih lanjut dalam Permendikbud No 72 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Layanan Khusus.
Bertepatan dengan hari ulang tahun GUB yang ke-2 tahun, Penulis memanjatkan do’a terbaik untuk para relawan Gub yang senantiasa ikhlas menebar manfaat dari desa-desa, kota hingga ke pelosok-pelosok negeri ke depannya. Semoga GUB lebih mudah dikenali dan dijamah oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kelangsungan Pendidikan dan sudi berkerjasama memutus ketimpangan sosial yang terjadi. Setidak-tidaknya, relawan kemanusiaan seperti GUB semakin berlipat ganda, tetap menginspirasi dan selamanya menebar manfaat.
Sebagai penutup tulisan ini, Selamat Milad #GuruUntuBangsaku #Generasiuntukgenerasi
Penulis : Susi Susanti, Sekretaris umum Komunitas Guru Untuk Bangsaku Periode 2019-2020, Relawan Angkatan ke-5 GUB.